Sejarah Kerajaan Johor, Pewaris Malaka yang Diperebutkan Oleh Raja Kecil dan Raja Sulaiman
Swarariau.com, Sejarah dan Budaya -- Mengulas Sejarah Kerajaa Johor tak akan pernah dapat dipisahkan dengan Kerajaan-kerajaan Melayu lainnya seputaran Riau dan Kepulauan Riau.
Meski Kerajaan Johor adalah bagian dari Malaysia saat ini, namun keberadaan dan interaksi Kerajaan Johor kala itu menyisakan sejarah yang erat dengan beberapa kerajaan Melayu yang ada di Riau dan Kepulauan Riau.
...Menelusuri sejarah lebih lanjut,
Nah, pakar sejarah telah menguraikan secara tuntas tentang Kerajaan Johor ini. Mulai disebutkan sebagai penerus dari Kesultanan Malaka hingga berjuang menantang koloni yang menjajah rakyat johor kala itu.
Tercatat Tahun 1511,
Berdasarkan pada Sulalatus Salatin, menguraikan kisah setelah wafatnya sosok penguasa atau Sultan Malaka, Mahmud Syah tahun 1528 di Kampar, kemudian muncullah sesosok bernama Sultan Alauddin Syah, beliau ini merupakan seorang putra raja Malaka,
yang kemudian mengeliatkan dan menjadikan Johor sebagai sentral atau pusat pemerintahan saat berkuasa. Nah, selanjutnya kawasan inilah yang kemudian dikenal sebagai Kesultanan Johor.
Kala itu Kesultanan Malaka memiliki banyak daerah kedaulatannya seperti Johor, Pahang, Selangor, Singapura, Kepulauan Riau, dan daerah-daerah di Sumatera seperti Deli, Siak, Rokan, Inderagiri, Batu Bara hingga Jambi.
Keadaan ini membuat Sultan Johor menganggap bahwa daerah kedaulatan ini sama seperti halnya ketika Kesultanan Malaka berkuasa.
Mengenal Sejarah Kerajaan Johor, Pewaris Malaka!
Sejarah Kerajaan Johor |
Kerajaan Johor tercatat dalam sejarah Melayu sebagai salah satu Kerajaan Melayu tertua yang pernah ada.
Jadi, munculnya kerajaan Melayu Johor ini sekitar abad ke 16 dan 17. Kemunculan Kerajaan Johor ini disebabkan oleh mulai menurun dan meruntuhnya Kerajaan Malaka.
Jadi, ketika itu Kerajaan Malaka sedang bersitegang dengan Portugis yang saat itu ingin menguasai secara utuh terhada Kerajaan Malaka.
Dalam sebuah peperangan Kerajaan Malaka mengalami kekalahan yang berdampak pada penawanan terhadap Kerajaan Malaka sekitar tahun 1915.
...Ketika Sultan Alaudin Riayat Shah II bertahta?
Ketika Kerajaan Johor berdiri maka Raja pertama yang berkuasa kala itu bernama Sultan Alaudin Riayat Shah II.
Beliau menjadi sultan Johor pertama yang kemudian memulai pemerintahannya pada 1528 hingga 1564.
Usut punya usut, ternyata Sultan Alaudin Riayat Shah II adalah putra dari Sultan terakhir Malaka. Beliau memiliki nama asli Raja Ali dan juga digelar sebagai Raja Alauddin.
Sultan Alauddin Riayat Shah II dilahirkan pada tahun 1513 di Kopak. Ibundanya bernama Tun Fatimah, yang merupakan seorang serikandi Malaysia yang terkenal dan merupakan anakanda perempuan Bendahara Seri Maharaja Tun Mutahir.
Dibawa kepemimpinan Sultan Alaudin Riayat Shah II, kondisi Kerajaan Johon maju dengan pesatnya.
Kepemimpinan beliau didukung dengan letak geografis dari Kerajaan Malaka itu sendiri yang terletak dijalur perdangangan arah timur dan dari arah barat.
...Sangat menguntungkan!
Kondisi ini menjadi faktor utama kemajuan ekonomi kerajaan dan masyarakat Johor.
Kegiatan perdagangan dan kemaritiman menjadi sentral kegiatan utama di kawasan ini. Mereka melakukan kontrol dengan baik terhadap lintasan perdagangan ini.
Bagaimana proses Kerajaan Johor Hingga Tahun 1784?
Sejarah Kerajaan Johor |
..Pra 1530?
Ad juga sumber yang menyebutkan bahwa dulunya Johor juga kenal dengan nama Klang - Kio atau Genggayu.
Hal ini mengacu kepada sebuah buku Sejarah Melayu yang ditulis oleh seorang bernama Tun Sri Lanang. Beliau ini menuliskan bahwa setelah kerajaan 'Gangga Negar' atau 'Perak' berjaya
Ungkapan Klang - Kio atau Genggayu mengacu kepada cerita Raja Suran yang melarikan diri ke India untuk dapat meneruskan misi serangan kepada bekas jajahan Siam di Hulu Sungan Johor yang dikenal sebagai Klang - Kio atau Genggayu.
Raja Suran yang disebutkan diatas adalah Raja Chola yang bernama Rajendran Chola I. Selanjutnya, sekitar dalam kurun abad 11 Masihi, beliau ini menelusuri ke kawasan Nusantara.
Kedatangan Raja Suran ini melakukan serangan dan melawan daerah kerajaan – kerajaan yang berada dibawa kerajaan Srivijaya atau dikenali juga sebagai Palembang Tua.
Namun, ada juga pendapat yang berbeda tentang Klang - Kio atau Genggayu, sebagian pendapat mengatakan bahwa Keraja-kerajaan siam dan persekutuannya dikenal sebagai 'Mon – Khmer' itu berada di Pahak dan bukan terletak si Hulu Sungai Johor. Hal ini juga dibuktikan dengan bukti autentik.
Pada tataran pembahasan selanjutnya, masih ada istilah 'Wurawari' yang merupakan salah satu nama yang juga dikenal dalam sejarah Kerajaan Johor, sedangkan merujuk pada bahasa jawa kuno wurawari berarti air yang jernih.
Terlepas dari kekuasaan Kerajaan Johor dan ekspansinya ingin menguasai dan memperluas daerah jajahannya, pengaruh Kerajaan Majapahit masih terlalu kokoh untuk diganti.
Hal ini terbukti dalam catatan hasil karangan Mpu Prapanca yang berjudul Nagarakertagama pada tahun 1369.
Dalam syair jawa kuno tersebut menceritakan bagaimana besar dan kokohnya Hayam Wuruk dan Ma Patuh Gadjah Madha.
Lalu menceritakan lagi bagaimana penaklukan dan penguasaan wilaya Nusantara hingga kawasan Ujong Medini, Kedah, Langkasuka, Temasik dan sebagainya. Dan kawasan Ujong Medini adalah salah satu kawasan yang terletak di Johor.
...Artinya?
Kekuasaan Majapahit kala itu mencapai hingga kawasan-kawasan yang sangat jauh cakupannya.
Begitu juga dengan beberapa pulau yang terletak di Pantai Timur Johor seperti Pulau Tinggi, Pulau Pemanggil, dan Pulau Laut.
Raja Seri Rana Wira Kerma?
Nah, Raja Seri Rana Wira Kerma adalah seseorang yang pernah memerintah Singapura.
Dalam buku sejarah Melayu menceritaka bagaimana keterkaitan antara Raja Seri Rana Wira Kerma dengan daerah bernama Sayong.
Awalnya beliau ini adalah seorang yang berasal dari Sayong (kawasan Johor). Awal mulanya beliau hanyalah seorang penebang kayu yang kemudian diceritakan menjadi ketua Tentara Raja Singapura.
Pada zaman pemerintahan Raja Seri Rana Wira Kerma yang memerintah Singapura telah dikaitkan dengan beberapa peristiwa yang pernah menyebut tentang sebuah tempat yang bernama Sayong.
Buku Sejarah Melayu ada menceritakan bahawa pada asalnya ketua tentera raja Singapuara adalah berasal dari Sayong. Majikan tempat beliau bekerja bernama Seluang dan kini dikenali sebagai Kota Tinggi.
Jadi, Sayong yang dikatakan dalam buku sejarah ini merujuk pada Sayong Pinang yang keberadaannya sekitar 26 kilometer dari Bandar Kota Tinggi. Pada kurun abad ke 16 disebutkan bahwa tempat ini pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Johor.
Selain itu, dalam rangkaian tulisan Sejarah Melayu juga terdapat nama Batu Pahat, yang merupakan salah satu kawasan Johor.
Nah, pada kesimpulan akhir dapat dikatakan bahwa Kerajaan Johor mengarah pada kawasan Johor bagia Timur di sekitar lembangan Sungai Johor. Hal ini dapat dibuktikan melalui Klang - Kio atau Genggayu yang terletak berdekatan dengan Hulu Sungai Johor.
Di samping itu, dapat juga dilihat bagaimana terjadinya proses perubahan panjang sebelum abad ke-16 Masihi.
Kawan seperti Ujong Medini dan Wurawari Johor yang terletak di bawah naungan kerajaan Siam akhirnya melemah mengikuti Siam yang kemudian sangat terpuruk.
Keadaan sebaliknya terjadi pada Kerajaan Majapahit yang semakin kokoh menyebarkan dan memperluas daerah kekuasaannya.
Hingga sebelum abad ke 16, tempat-tempat seperti Sayong, Muar, Batu Pahat, Pulau Tinggi dan sebagainya telah huni oleh orang Melayu. Semasa abad ke-15 pula, kawasan – kawasan di dalam negeri ini adalah terletak di bawah naungan Sultan Melayu sendiri.
...Masa sekitar Tahun 1530 – 1784
Pada masa ini Kerajaan Johor mengalami prose pertumbuhan dan berkembangnya wilayah Kerajaan Johor.
Namun dalam masa ini juga Kerajaa Johor mendapat penantangan dari Penjajahan Portugis yang merasa berkuasa atas kemenangan mereka kala menghadapi kerajaan sebelumnya yaitu Kerajaan Melaka.
Selain dari Portugis, Kerajaan Johor juga mendapat ancaman besar dari Kerajaan Aceh sekitar tahun 1540.
Kala itu Kerajaan Acheh menyerang Johor di muara Sungai Pana. Penyerangan itu di ceritakan terjadi sekitar bulan Juni 1535 dibawah pimpinan Estavao Da Gama dengan gerombolan pasukannya.
Kala itu, Kerajaan Johor mendapat bantuan dari Kerajaan-Kerajaan tetangga yang menjadi sahabatnya. Bantuan itu datang dari Kerajaan Kampar, Kerajaan Indragiri dan Kerajaan-kerajaan lainnya.
Kemengan kemudian di raih oleh Kerajaan Johor atas bantuan yang diberikan oleh beberapa Kerajaan lainnya.
...Nah,
Setelah itu Kerajaan Johor menjadi Kerajaan yang berdaulat. Namun, apa yang terjadi kemudian ketika Belanda mulai datang dengan VOC nya kemudian ingin berkuasa dan memonopoli keadaan.
Kedatangan Belanda ini sangat mempengaruhi keadaan di Kerajaan Johor, keinginan Belanda untuk memonopoli di Kerajaan Johor.
Mereka melihat Kerajaan Johor sebagai kerajaan yang memiliki potensi ekonomi yang baik dengan letak strategi yang dimiliki Kerajaan Johor menjadikan Belanda semakin bergeming atas daulat Kerajaan Johor.
Kala itu seorang pemimpin Belanda Admiral Jacob Heemker datang berkunjung ke istana Johor di Batu Jawa pada tahun 1602.
Awalnya, kedatangan Belanda ini berdampak positif bagi Kerajaan Johor yang kala itu sudah berseteru dengan Portugis. Kehadiran Belanda bisa membantu Kerajaan Johor.
...Melangkah ke abad 18,
Memasuki abad ke 18 ini, kerajaan Johor mulai dihadapkan dengan masalah lainnya.
Sekitar tahun 1966, terjadi peristiwa pembunuhan Sultan terakhir dari keturunan Kerajaan Melaka oleh Megat Seri Rama.
Kejadian ini menandakan bahwa berakhirnya silsilah dari Kerajaan Melaka, pemegang waris terbunuh sehingga Kerajaan Melaka tak meninggalkan sisa ahli waris kerajaannya.
Kemudian Sultan Abdul Jalil telah dinobatkan menjadi Sultan Johor yang dengan gelar Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV.
Peristiwa ini sebagai tonggak awal dalam tradisi penerus kerajaan Johor dari tahta garis silsilah baru Kerajaan Johor.
Keadaan ini membuat situasi Kerajaan Johor menjadi tidak stabil karena perlakuan Tun Abdul Jalil (Marhum Kuala Pahang) sebagai Sultan.
Dasar dari pelantikan ini adalah mufakat dari para petinggi Istana, namun rakyat Kerajaan Johor belum dapat menerima keadaan ini.
Hal ini dikarenakan adanya anggapan di kalangan masyarakat yang mengatakan bahwa orang dari 'berdarah merah' mustahil untuk menjadi sultan di Kerajaan Johor.
Untuk mendapatkan tahta gelar sultan harus dari golongan 'darah putih'.
Peristiwa lainnya kala 'orang laut' memberi ancaman akan menghalang setiap aktifitas di lautan Selat Malaka.
Hal ini akan berdampak pada ilir mudik para pedagang yang keluar masuk ke pelabuhan Kerajaan Johor. Tentu ini akan berdampak pada ekonomi Kerajaan Johor.
Bagitu juga halnya dari hasil biji timah dari Selangor, Kelang dan Rembau tidak lagi dibawa masuk ke Johor, akan tetapi dibawa masuk ke Malaka. Hal ini disebabkan oleh keadaan di Kerajaan Johor yang sangat tidak stabil kala itu.
Pada era selanjutnya, mulai adanya hubungan Kerajaan Johor dengan Kerajaan Siak, Minagkabau dan Bugis. Keadaan ini baru terjadi setelah Sultan Mahmud II wafat.
Selanjutnya Bendahara Tun Abdul Jalilyang menggantikannya dengan mendapat gelaran Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV.
Beliau telah diangkat menjadi Yamtuan Muda ( Raja Muda ) dan merupakan Sultan atau Raja Johor yang ke – 11.
Selain itu, seorang Raja dari Siak yang dikenal dengan sebutan sebagai Raja Kecil telah muncul di Johor pada tahun 1717 dan mengatakan bahwa beliau adalah putra Sultan Mahmud yang dibunuh pada tahun 1699.
Raja Kecik mencoba meminta kepada seorang Bugis yang ada di Bengkalis. Namun permohonannya tersebut tidak di kabulkan. Meskipun tidak mendapat bantuan Namun Raja Kecik tetap melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Johor.
...Kemenangan,
Kala itu Raja Kecik dan kelompoknya meraih kemenangan dalam penyerangan yang dilakukan terhadap Kerajaan Johor.
Raja Kecik merasa punya hak atas Kerajaan Johor dan akhirnya setelah mampu menaklukkan Kerajaan Johor Raja Kecik naik tahta menjadi penguasa di Kerajaan Johor.
Selanjutnya, keadaan Raja Kecik yang berkuasa atas Johor tidak dapat diterima begitu saja oleh Raja Sulaiman.
Kemudian belau mengatur siasat untuk mengalahkan Raja Kecik dan sekitar tahun 1721 Raja Kecik mampu di serang dan dikalahkan hingga Raja Kecik kembali ke Siak.
Setalah kejadian itu, keadaan Kerajaan Johon menjadi kondusif kembali. Mereka mampu mengembalikan kejayaan Kerajaan Siak sebagai sebuah kerajaan yang memegang kedali atas jalur perdangan di selat Malaka.
Para pedangan mulai berdatangan dan singgah kembali di Kerajaan Johor. Mereka para pedagang yang singgah di pelabuhan Johor kebanyakkannya adalah dari China, Jawa, Benggala, Siam dan sebagainya dengan membawa hasil dagangan masing – masing seperti candu, beras, kain dan juga alatan senjata.
Kala Perang Segi Tiga Berkecambuk di Kerajaan Johor
...Back to 1613?
Ada situasi yang menegangkan kala itu, berkecambuk perang Segi Tiga antara Kerajaan Johor yang berhadapan dengan Portugis dan Aceh yang melakukan ekspansi perluasan daerah kekuasaannya.
Kerajaan Aceh juga mencoba untuk menaklukkan Kerajaan-kerajaan Melayu yang sedang berkuasa.
Selain itu, mereka memiliki misi untuk menaklukkan siapa saja yang menghalangi mereka untuk menguasai jalur perdagangan Selat Melaka, tentu dalam hal ini adalah Kerajaan Johor.
Sementara disisi lain, Kerajaan Johor sedang disibukkan oleh tantangan yang datang dari Portugis yang ingin menguasai Kerajaan Johor. Jadi, momen ini dimanfaatkan oleh Sultan Iskandar Muda untuk mengalahkan Kerajaan Johor.
...Akhirnya,
Sultan Iskandar Muda mampu menaklukkan Kerajaan Johor dan membawa Sultan Johor serta sahabat dan petinggi Istana untuk ditawan di Aceh. Penaklukan ini terjadi pada tahun 1613. Kemenagan Sultan Iskandar Muda harus diakui oleh Kerajaan Johor.
Sisi lainnya,
...Pada Tahun 1641,
Belanda yang dengan berbagai siasat mampu merebut Malaka dari tangan Portugis. Kala itu Belanda mengakui kedaulatan Kerajaan Johor atas wilayah kekuasaannya, dan pada saat itulah Kerajaan Johor kembali membangun Pelabuhan yang terkenal itu untuk kembali bangkit dan ramai seperti biasanya.
Kekuatan Perang Johor vs Jambi demi Daerah Kekuasaan
Selain dengan Kerajaan Aceh, Kerajaan Johor juga terlibat peperangan dengan Kerajaan Jambi. Kisah tragis ini bermula atas perebutan wilayah kekuasaan yang bernama Tungkal yang dikalim oleh dua kerajaan ini.
Kala itu, Kerajaan Johor dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Syah III dan pemerintahan lebih banyak dimainkan oleh Raja Muda.
Dalam siasat untuk kembali mendapatkan Tungkal dari tangan dan kekuasaan Kerajaan Jambi, orang utusan dari Kerajaan Johor mulai melakukan siasat untuk menghasut penduduk Tungkal untuk memberontak terhadap Kerajaan Jambi.
Nah,
Apa yang dilakukan oleh Kerajaan Johor ini terdengar hingga ke Raja Jambi. Hal ini kemudian menimbulkan kemarahan dari penguasa di Kerajaan Jambi.
Namun, ada hal yang membuat Kerajaan Jambi tidak langsung menyerang Johor.
Mereka merasa bahwa kekuatan Johor patut untuk disegani oleh Kerajaan Jambi pada waktu itu. Nah, Hal inilah yang menyebabkan Jambi memilih untuk berdamai.
Namun, ketegangan selanjutnya antara Kerajaan Johor dan Kerajaan Jambi dapat diredakan karena perkawinan antara Raja Muda Johor dengan Puteri Sultan Jambi pada tahun 1659.
Jalinan untuk mereda peperangan antara kedua Kerajaan ini tidak dapat direda lagi kala persengketaan antara Johor dan Jambi terjadi lagi dan kembali meletus dikarenakan adanya tindakan kedua-dua pihak yang saling mengakui keberadaan kedaulatan kerajaan masing-masing.
Pada saat itu Kerajaan Johor kembali berperang dengan membawa 7 buah kapal perang untuk menyerang perkampungan nelayan Jambi pada bulan Mei 1667.
Kegiatan perdagangan semakin merosot akibat perperangan yang terjadi karena tidak ada jaminan keselamatan kepada pedagang untuk menjalankan perdagangan di kawasan bergolak ini.
Hal ini tentunya sangat menyebabkan sebuah kerugian ekonomi yang sangat besar terhadap Kerajaan Johor.
Eksistensi keberadaan pelabuhan yang merupakan sumber mesin ekonomi Kerajaan Johor lumpuh.
Peperangan antara Kerajaan Jambi dan Johor mencapai puncak ketegangan kala Pengeran Dipati Anum mengetuai sebuah angkatan perang untuk menyerang dan memusnahkan Kerajaan Johor secara mengejutkan pada 4 April 1673.
Dalam serangan ini mampu melumpuhkan sistem pemerintahan kerajaan Johor.
Untuk menyelamatkan diri, kala itu Raja Muda bersama seluruh penduduk Johor telah lari bersembunyi dan lari masuk dalam hutan belantara sedangkan Bendahara Johor ditawan dan dibawa pulang ke Jambi.
Sedangkan Sultan Abdul Jalil Syah III juga melarikan diri ke Pahang. Lalu kemudian sang Baginda akhirnya meninggal dunia di sana pada 22 November 1677.
Dalam perperangan ini menyebabkan kekalahan kerajaan Johor dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar kepada Johor kerana Jambi telah melakukan kegiatan merampas semua harta dan barang-barang berharga milik kerajaan Johor termasuk 4 tan emas, sebagian besar alinnya berupa pralatan persenjataan berupa senjata api yang merupakan simbol kemegahan dan kekuatan Johor.
Penutup!
Itulah beberapa informasi seputar Sejarah Kerajaan Johor, Pewaris Malaka yang Diperebutkan Oleh Raja Kecil dan Raja Sulaiman.
Jika informasi ini masih kurang maka kalian bisa terus menggali informasi lebih dalam lagi seputar informasi dan Sejarah Kerajaan Johor ini.
Semoga bermanfaat ya!